pages

Thursday, September 27, 2012

Ir.HJuanda.

lahir di Tasikmalaya, 1911. Pendidikan Sekolah Dasar Belanda di Cicalengka, ELS tahun 1924, HBS di Bandung tahun 1929, Technische Hoge School (ITB) tahun 1933. Tahun 1930/1931, Djuanda menjadi ketua Perhimpunan Mahasiswa Indonesia. Setelah lulus, ia diangkat menjadi guru di SMA dan Sekolah Guru yang dikelola oleh Perguruan Muhamadiyah di Jakarta bahkan setahun kemudian diangkat menjadi Kepala Sekolah di SMA Muhamadiyah selama 5 tahun. Sebagai Direktur, Djuanda selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan para siswanya sehingga tidak kalah dengan mutu sekolah pemerintah. Di samping itu Djuanda juga menekuni bidang politik melalui Budi Utomo. Di awal berdirinya RI, Djuanda diangkat sebagai Kepala Jawatan Kereta Api yang semasa jaman Jepang tidak terurus. Tahun 1946 diangkat menjdi Mentri Muda Perhubungan merangkap Kepala Jawatan Kereta Api. Selama di Pemerintahan RI, Djuanda duduk sebagai Mentri Muda satu kali, sebagai Mentri 14 kali dan sebagai Mentri Pertama tiga kali. Dalam perundingan dengan Belanda, Djuanda bertindak sebagai Ketua Panitia Ekonomi atau Keuangan dari delegasi Indonesia. Saat Agresi Militer II, 19 Desember 1948, Djuanda berada di Istana Presiden Yogyakarta, Djuanda ditangkap oleh Belanda kemudian dilepas kembali. Belanda membujuk agar Djuanda mau bekerja sama dengan mengambil bagian dalam pemerintahan Negara Pasundan. Namun bujukan Belanda itu ditolaknya. Pada perundingan KMB, Djuanda duduk sebagai Ketua Komisi dan Keuangan dalam Delegasi RI. Pada saat Djuanda menjadi Perdana Mentri dan juga Mentri Pertahanan, ia tidak saja berhadapan dengan kekuatan dan gerakan separatisme di daerah, namun juga menghadapi gerombolan DI / TII di Jawa Barat dan tempat-tempat lain. Di samping itu Djuanda juga berhasil menyusun Departemen Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Salah satu hasil lainnya yang gemilang adalah diteruskannya Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957 yang menentukan Wilayah Perairan RI yaitu bagian laut yang terletak di sekitar dan di antara pulau-pulau Indonsia yang dulunya berstatus laut bebas, kini menjadi laut Nasional. Tanggal 7 November 1963, Djuanda berpulang ke rahmatullah. Karena jasanya, ia dianugerahi Gelar Tokoh Nasional atau Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Mengingat kiprahnya di banyak bidang, tak aneh kalau nama Djuanda diabadikan sebagai nama Bandara, jalan, bendungan.

No comments:

Post a Comment